Asyiknya Wisata Kuliner di Bantaran Krueng Cunda

Lhokseumawe terus bersolek. Di umurnya yang terbilang muda, kota ini terlihat berseri dengan kehadiran pusat-pusat kuliner baru.
Panorama bantaran Krueng Cunda yang lepas dari hiruk pikuk kota.
Panorama bantaran Krueng Cunda yang lepas dari hiruk pikuk kota. 
Terletak di bibir Krueng Cunda, tempat ini bagai primadona baru yang mempesona banyak mata. Pendaran cahaya dari puluhan lampu listrik memantulkan keelokan kota yang dikelilingi laut dan diapit muara.
Krueng berasal dari bahasa lokal yang bermakna sungai. Tempat yang menyerupai dermaga tersebut menawarkan sajian bercitara lokal dan nusantara.
Sebut saja kopi dan mie Aceh hingga Tom Yam. Ditambah lagi tempat tersebut memiliki magnet tersendiri lantaran letaknya yang terbilang strategis.
Nova Diana (29) warga Tumpok Teungoh, Banda Sakti, Lhokseumawe menuturkan ia bersama keluarga tertarik singgah dan menghabiskan akhir pekan di tempat itu karena suasana yang ditawarkan.
Di tempat itu, ia mengaku menemukan atmofer lega karena lepas dari hiruk pikuk kota.
Jejeran kursi yang ditata rapi seperti konsep rex, pengunjung langsung menemukan suasana berbeda tatkala menginjakkan kaki di tempat tersebut.
Hiruk pikuk berganti riak air yang menghantarkan kesejukan, layaknya oase di tengah padang pasir.
Sementara sore hari, kita akan mendapati pondok-pondok di bantaran sungai dijejali pedagang yang menawarkan air tebu.
Berbatang-batang tebu diolah dan disajikan dalam kondisi segar.
Cocok untuk minuman pelepas dahaga.
Sementara keramba-keramba ikan milik petani setempat menyempil di badan sungai yang bermuara ke Pantai Ujong Blang.
Dengan menggunakan perahu nelayan, pengunjung bisa berlayar ke daratan yang menyerupai pulau kecil yang dijejali gugusan pohon bakau.
Keberadaanya menegaskan nama Lhokseumawe, kota yang berasal dari kata ‘Lhok’ yang artinya dalam, teluk, palung laut, dan ‘Seumawe’ yang berarti air yang berputar -putar atau pusat mata air pada laut.
Menuju lokasi
Kota Lhokseumawe bisa diakses lewat jalur darat dengan menumpang bus jurusan Banda Aceh atau Medan.
Melintasi jalan nasional Banda Aceh – Medan yang dikenal sebagai Jalur Lintas Sumatra (Jalinsum).
Sesampai di landmark ‘Kota Lhokseumawe’ lalu mengambil Jalan Merdeka Barat, terus saja hingga melintasi jembatan.
Selanjutnya turun di terminal bus dan melanjutkan perjalanan dengan transportasi lokal berupa angkot, ojek, atau becak motor.
Bisa juga melanjutkan perjalanan menyusuri bantaran sungai dengan berjalan kaki, karena letaknya hanya selemparan batu dan cuma dipisahkan oleh jalan.
Nah! Pusat kuliner berupa rex dan jejeran pondok terentang di sepanjang bantaran sungai.
Jika ingin bersantai di pusat kuliner berupa rex, maka datanglah antara pukul 16.00 – 24.00 WIB.
Sedangkan jika datang pagi hingga jelang magrib, maka silahkan singgah di pondok-pondok yang menjajakan air tebu sebagai kuliner khas.
Alternatif transportasi lainnya dengan menumpang pesawat yang melayani penerbangan dari Kota Banda Aceh atau Kota Medan untuk kemudian turun di Bandara Malikussaleh, Lhokseumawe.
Hal ini dimungkinkan karena letak Lhokseumawe terbilang strategis sehingga juga dikenal sebagai kota transit.
Apapun pilihan, anda tak akan dibuat menyesal menyinggahi kota kecil di ujung barat Indonesia itu. 

sumber : aceh.tribunnews
Share on Google Plus

About Redaksi

0 komentar:

Posting Komentar