Mengenang Detik-Detik Perdamaian Aceh di Helsinki 11 Tahun Silam



BANDA ACEH - Hari ini tepat 11 tahun Perdamaian Aceh. Wali Nanggroe (Pemuka Adat) Aceh, Malik Mahmud Al-Haytar mengatakan, proses penandatanganan perjanjian damai antara Pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) berlangsung mengharukan sekaligus mencemaskan.

Saat memberi sambutan kepada hadirin di acara refleksi 11 tahun damai Aceh di Taman Ratu Safiatuddin, Banda Aceh, Malik Mahmud menceritakan kilas balik sebelum perjanjian damai kedua belah pihak. Bahwa delegasi RI sempat marah-marah saat dijelaskan mengapa Aceh ingin merdeka.

"Saat kami dihubungkan dengan delegasi Indonesia untuk melakukan perundingan di situ mulai memanas. Kami menguraikan sejarah mengapa Aceh bergolak menuntut kemerdekaan dari Indonesia. Tapi belum habis cerita, delegasi Indonesia marah-marah dan mengatakan mereka akan pulang," kata Malik Mahmud mengenang detik-detik perundingan itu, Senin (15/8/2016).

Saat situasi mencekam, pihak GAM mulai berfikir bahwa perundingan damai akan kembali gagal seperti perundingan sebelumnya di Tokyo pada 2003. Namum kata Malik Mahmud, sikap itu berubah setelah melihat wawancara Presiden Finlandia Marti Ahtisari yang menceritakan tentang salah satu perundingan antara Finlandia dengan Swedia.

"Saat itu dalam wawancara di salah satu televisi di sana, Marti Ahtisari memberi contoh bagaimana sebuah pulau kecil berpenduduk Swedia tapi mereka berada di dalam Republik Finlandia. Kemudian mereka memilih untuk mendapatkan otonomi khusus dan malah berbendera sendiri," kenangnya.

Esok hari di Helsinki, akhirnya konflik yang terjadi sejak 1976 sepakat diakhiri. Kedua belah pihak sepakat mencapai kata damai. Setelahnya untuk mewujudkan butir-butir perjanjian yang sudah disepakati, pemerintah Indonesia mengeluarkan UU nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh.   

(Rayful Mudassir/Okezone)


Share on Google Plus

About Redaksi

0 komentar:

Posting Komentar