Kuah Beulangong Kuliner Khas Aceh Besar

Sebanyak 20 kuah belangong dimasak dalam Aceh Culinary Festival di Lapangan Blangpadang, Rabu (11/5/2016). Aceh Culinary Festival tahun ini mengangkat tema Melestarikan Budaya dan Tradisi Legenda Kuliner Aceh SERAMBI/M ANSHAR 
Bukan hanya wisata bahari, sejarah dan budaya saja yang bisa Anda nikmati di Banda Aceh. Aneka kuliner juga bisa dinikmati kalau berkunjung ke kota ini, salah satunya kuah beulangong atau kuah belanga. Kuah daging campur nangka atau pisang kapok, rasanya menggugah selera.
Bagi masyarakat Aceh, kuah beulangong sering dijadikan menu utama dalam hajatan adat atau pesta perkawinan. Di luar itu, kuah sejenis kari yang kaya akan rempah-rempah ini juga mudah ditemui di berbagai rumah makan khas Aceh yang bertabur di Banda Aceh dan Aceh Besar.
Untuk melestarikan kuah beulangong sebagai kuliner warisan moyang, Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi Aceh kerap menggelar acara untuk mengenalkan tradisi kuliner itu. Misalnya Festival Kuah Beulangong yang digelar pada 27 Maret 2014 lalu di Museum Aceh, Banda Aceh.
Perwakilan dari Sembilan kecamatan di Banda Aceh dan enam dari Aceh Besar ikut ambil bagian dalam ajang ini. Festival ini ikut menarik ratusan orang datang ke Museum Aceh hari itu. Mereka bukan hanya melihat aksi para chef tradisional, tapi ikut menikmati kuah beulangong plus bu kulah (nasi bungkus daun pisang yang sudah dipanaskan) di kolong Rumoh Aceh.
“Tujuan festival ini adalah kami ingin memperkenalkan kuah beulangong lebih luas, sekaligus untuk menarik minat wisatawan datang ke Aceh,” kata Reza Fahlevi, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh.
Kuah beulangong memiliki cita rasa tinggi. Disebut kuah beulangong karena proses memasaknya berlangsung dalam belanga atau kuali besar. Bahan utamanya adalah daging sapi atau kambing yang dipotong kecil-kecil. Kemudian nangka putik atau pisang kapok dipotong sesuai selera.
Bumbunya lumayan banyak; kelapa gongseng, kelapa giling, cabai merah, cabai kering, cabe rawit, bawang putih, jahe, kunyit, ketumbar gongseng, kemiri, lengkuas, dan kas-kas. Semuanya digiling.
Mulanya daging yang sudah dicuci bersih dimasukkan dalam kuali, kemudian diaduk bersama bumbu dan garan hingga merata. Tambahkan air secukupnya dan masak hingga setengah matang, sampai bumbunya sempurna meresap.
Selanjutnya masukkan potongan nangka atau pisang kapok beserta bawang yang sudah dirajang plus air asam dari buah menteu, sejenis jeruk berukuran besar. Tambahkan air dan biarkan hingga masak. Kuah beulangong lezat dicicipi panas-panas. Tapi lebih sempurna kalau disantap dengan nasi bersama keluarga atau kerabat.
Menurut Teungku Basri (55 tahun) tetua Kampung Meuraxa, Banda Aceh, kuah beulangong sudah terkenal sejak masa kesultanan Aceh. Raja, kata dia, sering menggelar kenduri kuah beulangong dengan melibatkan masyarakat, untuk menjaga persatuan dan jalinan silaturrahmi dengan rakyatnya.
Tradisi kebersamaan lewat kuah beulangong bertahan hingga kini. Misalnya jika ada kenduri adat di kampong-kampung, kaum lelaki memasak kuah beulangong di meunasah, kemudian disantap bareng-bareng. “Ada nilai silaturrahmi di sana,” katanya.
Jika berkunjung ke Banda Aceh, kuah beulangong dapat anda nikmati di rumah-rumah makan yang menawarkan masakan khas Aceh. Tak susah mencarinya, karena terdapat di setiap sudut kota. [Salman Mardira]



Share on Google Plus

About Redaksi

0 komentar:

Posting Komentar